MAKALAH JAMBU METE SISTEM AGRIBISNIS PERKEBUNAN

MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS PERKEBUNAN
JAMBU METE
(Annacardium occdentale L)



OLEH :
 ASKHABUL KAHFI
(C1G114013)



FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS REGULER SORE
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur terpenjatkan kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat disusun dengan judul : Makalah Sistem Agribisnis Perkebunan Jambu Mete  (Annacardium Occdentale L) Semester Genap, TA. 2017.
Pada dasarnya makalah ini tersusun sebagai bentuk pendalaman atas kegiatan belajar mengajar selama mengikuti mata kuliah Sistem Agribisnis Perkebunan. Untuk lebih jelasnya makalah mengenai hal tersebut akan dipaparkan dalam uraian berikut ini. Namun penulis menyadari pula keterbatasan sebagai manusia biasa, sehingga masih ada hal-hal yang perlu dibenahi untuk lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi untuk meluangkan waktunya dan membantu dalam menyelesaikan Makalah Sistem Agribisnis Perkebunan sehingga bisa terlaksana dengan baik.




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .iii
I.   PENDAHULUAN .1
1.1.   Latar Belakang 1
1.2.   Tujuan Penulisan Makalah 2
1.2.1.   Tujuan Akademis 2
1.2.2.   Tujuan Praktis 3
II.   TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1.   Klasifikasi Tanaman 4
2.2.   Sarat Tumbuh 5
2.3.   Pemeliharaan Tanaman 6
III.   PEMBAHASAN 8
3.1.   Peta Perdagangan Global Mete Indonesia 8
3.2.   Segi Keungulan Mete Indonesia 9
IV.   KESIMPULAN DAN SARAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11


I.   PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Jambu mete (Annacardium occidentale L.) merupakan tanaman yang serba guna. disamping sebagai sumber pendapatan masyarakat, juga sangat cocok digunakan dalam konservasi lahan keritis dan gersang, sehingga tanaman jambu mete ini banyak didapatkan di daerah kawsan lahan kering (Anonim, 2005).
Pertanian modern merupakan struktur dari perekonomian global, dimana pengalihan bahan pangan dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian tidak lagi ditentukan oleh kebutuhan petani dalam memproleh tukaran bahan atau barang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya akan tetapi ditentukan oleh kekuatan pasar.
Tanaman jambu mete sangat prospektif untuk di kembangkan di Indonesia, karena memiliki daya adaptasi yang sangat luas terhadap faktor lingkungan. Tanaman jambu mete tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh serta menghasilkan buah walaupun ditanam di daerah yang kering dan tandus (gersang).
Tanaman ini sudah cukup lama dikenal di Indonesia, tetapi tanaman ini belum di budidayakan secara intensif. Padahal hasil utama tanaman ini, yaitu kacang mete yang merupakan salah satu jenis makanan ringan yang banyak digemari serta merupakan rasa penyedap rasa produk-produk, seperti es krim dan coklat batangan. buah semunya pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan olahan.



1.2.   Tujuan Penulisan Makalah
Dalam upaya meningkatkan produktivitas strategi pembangunan agribisnis di Indonesia, upaya menyediakan panduan teknisnya yang akan berguna sebagai pedoman pada saat melakukan program budidaya berbasis teknologi organik yang berorientasi pada kualitas, kuantitas dan kelestarian. Menjadikan bisnis yang berbasis industry seperti yang di cita-citakan Indonesia maka lahirlaha Agribisnis
1.2.1   Tujuan Akademis
Di Indonesia pemanfaatan buah semu jambu mete masih sangat terbatas baik dalam jumlah maupun bentuk produksinya. Pada beberapa daerah tertentu umumnya dikonsumsi dalam bentuk buah segar dan produk olahan tradisional. Diperkirakan, dari produksi buah jambu mete hanya sekitar 20% yang sudah dimanfaatkan secara tradisional , misal dibuat rujak, dibuat abon dan sebagainya sedangkan sisanya 80 % masih terbuang sebagai limbah atau sebagai pakan sapi.
Ditinjau dari segi nilai gizi dan komposisi kimianya, buah semu jambu mete merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral. Kadar vitamin C nya cukup tinggi, yaitu ( 147 – 372 mgr/ 100 gr ) kira –kira 5 kali vitamin C buah jeruk. Selain itu juga mengandung cukup vitamin B1, B2 dan niasin.
Kandungan mineralnya terutama unsur P terdapat dalam jumlah yang cukup, juga buahnya mengadung karbohidrat yang sebagian besar terdiri dari gula reduksi ( 6,7 – 10,6 % ) dan pektin serta bersifat Juicy karena banyak mengandung air.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa buah semu jambu mete mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi, sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman seperti Sari Buah, Selai, Jelly, Sirup, Cuka, Manisan dan dapat dibuat sebgai lauk pauk atau Abon.



1.2.2.   Tujuan Praktis
Biji dari buah jambu mete ini sangat diminati pasar ekspor sebagai bahan baku macam-macam olahan, dari segi ekonomis kesempatan ini mampu menaikan devisa Negara dan industry pengolahan kacang mete akan mampu menyerap tenaga kerja, mulai dari pelaku usahatani dan agroindustry kacang mete itu sendiri, hal ini akan mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan pada tuuan utamanya masyarakat dapat sejahtera.
Tanaman mete atau Anacardium occidentale. L sangat cocok untuk dikembangkan di daerah Nusa Tenggara. Dari NTB saja bisa menghasilkan 4.000 ton per tahunnya. populasinya menyebar di lombok barat, Dompu, Bima dan Sumbawa. Potensi areal perkebunan untuk NTB adalah 665.113 hektar dari jumlah tersebut yang dimanfaatkan baru 175.863 hektar atau sebesar 26,4%.
Dengan terbukanya peluang untuk sektor perkebunan yang luas ini seharusnya bisa dimanfaatkan investor untuk berinvestasi. Keuntungan akan dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama karena didukung oleh faktor geografis yakni tingkat kesuburan yang tinggi.
Sebagai hasil utama tanaman mete adalah gelondong mente, hasil samping buah semu mente yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri rumah tangga yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan secara optimal.



2.1.   Klasifikasi Tanaman
Tanaman jambu mete bukan tanaman asli Indonesia. Beberapa ahli boteni menduga bahwa tanaman jambu mete berasal dari Amerika Selatan. Dari negara asalnya ini, tanaman jambu mete menyebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara yang memiliki iklim subtropis dan iklim tropis, termasuk Indonesia. Dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tanaman, jambu mete di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Annacardium occdentale L
Usaha budidaya tanaman jambu mete, selain memperhatikan faktor iklim dan tanah, sebaiknya juga memperhatikan factor penunjang yang berkaitan dengan penentuan lokasi usaha tani.

2.2.   Sarat Tumbuh
Jambu mete tidak menghendaki hujan yang berlebihan, terutama pada saat tanaman sedang berbunga. Tanaman jambu mete dapat tumbuh dan menghasilkan hampir pada semua jenis tanah, bahkan tanpa pengolahan dan pemupukan bijinya diambil untuk dijual.
·         Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dengan demikian iklim dalam kondisi optimum selama periode pertumbuhan akan memberikan dampak yang baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut Adisarwanto (2003), faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap tanaman jambu mente adalah suhu, cahaya,dan curah hujan.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jambu mente berkisar antara 15-250C. dan suhu maksimum 35 0C, namun tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila di tanam pada suhu 27 0C. Curah hujan untuk budidaya tanaman jambu mente adalah pada daerah yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1000-2000 mm/th dengan 4-6 bulan kering. Pembungaan tanaman lebih dipengaruhi oleh musim dari pada panjang hari. di kawasan yang hanya mengalami satu kali musim kemarau, pembungaan hanya terjadi satu kali yaitu pada awal musim kemarau.
·         Tanah
Jenis tanah lempung berpasir atau ringan pasir. yang juga memungkinkan sistem perakaran berkembang secara sempurna dan mampu menahan air sehingga tanaman tetap cukup lembab pada musim kemarau atau pada pH 6,3-7,3, Bambang cahyono, (2005).



2.3.   Pemeliharaan Tanaman
1. Penyiangan
Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.
2. Pemupukan
Pemupukan bertujuan memberikan unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.

3.Penyiraman
             Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsur hara dalam tanah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsur hara bagi tanaman.
4. Pemangkasan
Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

5. Perlindungan tanaman       
Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang sehat, dan penyiangan.

b. Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memelihara/menyebarkan musuh alami (predator), membunuh hama secara langsung memangkas bagian tanaman yang terserang hama/penyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.



III.   PEMBAHASAN
3.1.   Peta Perdagangan Global Mete Indonesia
Produksi mete gelondongan dalam skala nasional berada di kisaran 95.000 ton per tahun, jumlah ini tidak mengalami peningkatan berarti selama 10 tahun terakhir. Penghasil mete utama adalah Sultra (Sulawesi Utara) (35 % produksi nasional), Sulsel (Sulawesi Selatan) (25 %), Lombok, Flores dan Sumbawa (30 %) serta Jawa-Madura (10 %). Produksi mete Sultra cenderung menurun selama 10 tahun terakhir, karena sebagian besar kebun metenya telah berumur 30 tahun dan belum pernah diremajakan (produksi optimal umur 10-20 tahun). Sedangkan produksi mete di Flores terus meningkat, karena ada peremajaan. Musim panen mete antara Bulan September sampai Januari. Produksi mete dari tahun ke tahun bervariasi dan ditentukan oleh kondisi cuaca saat proses pembungaan, khususnya intensitas hujan (semakin rendah semakin baik), frekuensi hujan (semakin sering hujan dengan intensitas rendah semakin baik) dan kecepatan angin (semakin rendah semakin baik).
Ekspor mete gelondongan terus meningkat selama 10 tahun terakhir, yaitu dari sekitar 3000 metrik ton per tahun pada tahun 1990-an, kemudian meningkat hingga mencapai dua kali lipat sejak tahun 2006. Sebagian besar tujuan ekspor pada tahun 1990-an hanya India, namun sejak 1998, ekspor ke Vietnam terus meningkat dan kini proporsinya menyamai India.

3.2.   Segi Keungulan Mete Indonesia
Biji mete Indonesia sangat diminati pasa ekspor dikarnakan kualitas dari biji metenya yang mampu bersaing dengan Negara lain yang sama-sama memproduksi mete gelondongan dari segi persaingan ini merupakan peluang bisnis yang sangat mengiurkan bagi para pengusaha dan juga para investor dibidanng pertanian ini. 
Pertama: kualitas mete gelondongan Indonesia lebih baik dibandingkan dari Afrika, karena itu harganya berada di kisaran tertinggi (sekitar 775 USD per metrik ton). 
Kedua: Musim panen mete di Indonesia tidak bersamaan dengan musim panen negara penghasil mete utama dunia (musim panen mete Vietnam, India dan Afrika berlangsung dari Februari ingá April), sehingga memiliki daya saing yang tinggi. 
Ketiga: Indonesia, secara geografis relatif dekat dengan Vietnam dan India, sehingga proporsi biaya transportasi terhadap total harga penjualan akhir relatif rendah, yaitu hanya sekitar 7 %. Bandingkan dengan mete dari Afrika Barat yang biaya transportasinya bisa mencapai 40 %



IV.   KESIMPULAN DAN SARAN
·         Kesimpulan
Jambu mete memiliki prospek ke depan yang cukup baik untuk mengisi peluang pasar lokal, nasional maupun internasional. Syarat untuk mengisi peluang pasar adalah keseragaman dan mutu produk yang tinggi.
Peluang persaing usaha jambu mete dalam pasar internasional masih terbuka lebar. Indonesia dapat bersaing dengan produsen kacang mete dunia seperti india dan vietnam. Indonesia dapat mempengaruhi  harga jambu mete internasional khususnya pada kacang mete asalkan peningkatan produksi dan kualitas jambu mete dalam negeri terus ditingkatkan.
Lahan potensial untuk pengembangan tanaman jambu mete masih tersedia cukup luas. Dengan potensi sumberdaya alam yang besar serta umur tanaman jambu mete saat ini yang relatif masih muda, maka di masa mendatang Indonesia dapat menjadi produsen utama jambu mete dunia.
·         Saran
Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu lebih memperdalam pengetahuan, teknologi dan informasi mengenai pengolahan kacang mete.
Terkait dengan produksi yang ada, diharapkan adanya transfer teknologi melalui penyuluhan-penyuluhan secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga lebih efisien. Hal ini dikarenakan bahan baku dalam pengolahan kacang mete mungkin bersifat musiman sehingga perlunya teknologi pengolahan kacang mete untuk menjamin kontinuitas produksi kacang mete
DAFTAR PUSTAKA
https://munacashewnut.wordpress.com/2008/11/15/peta-perdagangan-global-mete-indonesia/
https://netblog-mointi.blogspot.co.id/2011/08/makalah-jambu-mete.html
https://salminm0inti.wordpress.com/2011/06/11/makalah-budidaya-jambu-mente/





Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN AGROFORESTRI PENGAMATAN JALAN Lokasi Di Jalan. Selaparang Kota. Mataram NTB

CARA MENANAM BAMBU UNTUK KOSERVASI AIR TANAH